Halte Perpisahan

Aku melihatnya malam ini, dia duduk termangu diam di sebuah halte dengan tas hitam ransel kecil di punggungnya. Entah sudah berapa lama detikan waktu ia lewatkan untuk menunggu bis menuju pulang dengan raga lelah, yang pasti ia hanya merasa sudah cukup dengan hari itu dan tidak lagi ingin mengulang nya.

Ah, lupa! Waktu memang bukan nya tidak bisa di ulang bukan?. Kali ini ia lupa dengan jaket cokelat yang selalu ia pakai setiap malam nya. Udara dingin nya kota nyatanya tidak dirasa oleh kulit kuning langsatnya dan juga mungkin sudah mati rasa untuk kali ini badan nya.

Hari nya melelahkan, yang dia tau ia hanya ingin menangis dan mengeluh. Hanya itu. Tapi dia sudah berjanji dengan dirinya sendiri, "menangis lah sepuasnya, kuberikan waktu hanya 1 hari itu untuk di selesaikan jeritan tangismu. Tapi setelah itu, lupakan semuanya." Jika sebelum nya pernah melewatkan nya dengan berakhir baik baik saja, kali ini kau pun bisa untuk berjalan dengan baik baik saja. 

Lampu terang seolah menyenteri halte di sisi kiri jalan, ah kurasa bis yang di tunggu sudah tiba!. Ku lepaskan beban malam itu di halte ini, tolong jangan lagi mengikuti. Karena ku harap, kau akan tertiup angin malam dengan pesona dingin nya di tengah kota. Jangan lagi datang beban, cukup hari ini saja. 

Haruskah ku katakan kalimat "sampai jumpa" Atau "selamat tinggal". Entah diantara keduanya, yang pasti hanya kalimat selamat malam sebagai perpisahan.

Komentar

  1. pemberhentian selanjutnya dihalte mana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. di halte dekat rumah mungkin, biar cepat istirahat

      Hapus

Posting Komentar